UPACARA MEJRIMPEN PADA HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PEDAWA KABUPATEN BULELENG

https://doi.org/10.36663/wspah.v3i2.51

Authors

  • Dewa Nyoman Sucita STKIP Agama Hindu Singaraja

Abstract

Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah dapat mengungkap hal ikhwal pelaksanaan upacara Mejripen di desa Pedawa, yang bersifat cukup unik karena hanya dilaksanakan oleh umat Hindu yang berada di desa Pedawa. Untuk menuntaskan penelitian ini digunakan beberada metode ilmiah antara lain: dalam menentukan informan digunakan purposive snowball sampling; untuk mendapat data digunakan metode observasi, wawancara dan pencatatan dokumen. Dan data yang terkumpul diolah dengan metode analisis data kualitatif.

            Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut: 1). Upacara mejrimpen adalah upacara manusa yadnya menggunakan banten jrimpen sebagai upakara pokok yang mengandung berbagai makna antara lain: sebagai upacara pembersihan diri, upacara sambutan (Telu Bulanan), upacara ngotonin dan upacara syukuran. 2). Tatacara pelaksanaan upacara Mejrimpen ada dua bagian besar, yaitu pertama, tatacara Mejrimpen Sibakan yang meliputi a). Pemotongan babi untuk bahan pembuatan sate banten Jrimpen dilaksanakan pada  Penampahan Galungan, b). Babi yang dipotong dipakai separuhnya untuk pembuatan bahan sate Jrimpen, c). Tidak membuat banten segehan pada pintu gerbang pekarangan dan tidak membuat banten Karna untuk di Sanggah Kemulan Sakti, d) Setelah sate yang dibuat dihiyasi dengan berbagai pariasi dari kulit babi, lemak, hati, cabe dan kunir selanjutnya beberapa sate tersebut dipajang setinggi tiang bendera di atas atap rumah. Kedua, tatacara upacara Mejrimpen Nampah Ukudan meliputi: a). Pemotongan babi untuk bahan pembuatan sate banten Jrimpen dilaksanakan pada hari raya Galungan, b). Babi yang dipotong sepenuhnya untuk pembuatan sate Jrimpen, c). Membuat banten segehan yang diaturkan di pintu gerbang rumah dan banten karna untuk di Sanggah Kemulan Sakti, d). Tidak ada penunjukkan sate di atas atap rumah seperti pelaksanaan Mejrimpen Sibakan, e). Setelah sate dibuat langsung sate-sate itu ditata sedemikian rupa dalam sebuah wakul menjadi jrimpen sate dan  saat itu pula dibuat jrimpen jaja. Setelah semuanya selesai kedua jrimpen itu ditata secara berjejer di atas bale-bale tempan pelaksanaan upacara Mejrimpen. Sore harinya dilanjutkan pelaksanaaan upacara Mejrimpen dan diakhiri dengan nunas tirta wayang dari ki dalang apabila upacara Mejrimpen yang dilaksanakan tingkat mewayang. 3). Ada dua jenis banten yang digunakan, yaitu: 1). Jenis-jenis banten yang digunakan pada upacara Mejrimpen Sibakan dan 2). Jenis-jenis banten yang digunakanpada upacara Mejrimpen Nampah Ukudan; sedangkan pada upacara Mejrimpen Mewayang, baik Mejrimpen Sibakan maupun Mejrimpen Nampah Ukudan masing-masing tingkatan ditambah dengan banten wayang.

References

Anandakusuma, Sri Reshi. 1959. Dharma Sastra. Denpasar: Pondok Ananda.

----------. 1983. Aum Kitab Suci Kusumadewa. Kelungkung: Satya Hindu Dharma.

----------. 1986. Aum Upacara Manusa Yadnya. Denpasar: CV. Kayumas.

Ardana, Suparta. 2002. Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia. Surabaya: Paramita.

Asli, Luh. 2011. Upacara Tutug kambuhan di Desa Busungbiu Kabupaten Buleleng. STKIP Agama Hindu Singaraja.

Jaya Wijayananda, Ida Pandita Mpu. 2004. Makna Filosofis Upacara dan Upakara. Surabaya: Paramita.

Koentjaraningrat. 1972. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

----------. 1981. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

----------. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Mas Putra, Ny. I Gusti Agung. tt. Upacara Dewa Yadnya. Denpasar: Yayasan Dharma Sarathi.

----------. 1987. Upacara Manusa Yadnya. Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama.

----------. 1988. Panca Yadnya. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi.

----------. 1996/1997. Upakara Yadnya. Denpasar: Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama.

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Oka Netra, Anak Agung Gede. 1997. Tuntunan Dasar Agama Hindu. Jakarta: Hanoman Sakti.

Pals, Daniel L. 2001. Seven Theories of Religion. Yogyakarta: Qalam.

Poerwadarminta, WJS. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pudja, Gde. 1978. Sarasamuscaya. Proyek Pengadaan Kitab Suci Agama Hindu Departemen Agama RI.

---------. 1989. Weda Parikrama. Yayasan Dharma Sarathi.

---------. 1992. Theologi Hindu. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi.

---------.1984. Bhagawadgita. Jakarta: Maya Sari.

Rasmawati, Putu. 1996 “Banten Suci dalam Upacara Tiga Bulanan Anak di Desa Banjar Kecamatan banjar Kabupaten Buleleng. STKIP Agama Hindu Singaraja.

Sagnan Sant Keshwodas. 1999. Gayatri, Semedhi Maha Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sharma Smritidhara. 1985 A Glossary of Indonesian Blant names. Denpasar: Udayana Univercity.

Sri Arwati, Ni Made. 2005. Bentuk, Funsi, dan Makna Upakara Piodalan.

Subaga, I Made. 1968.”Riwayat Pulau Bali Jaman Ke Jaman”.

Sudarsana, I.B. Putu. Tt. Ajaran Agama Hindu Uparengga. Denpasar: Mandara Sastra

---------. 2001. Ajaran Agama Hindu (Filsafat Yadnya). Denpasar: Yayasan Dharma Acarya.

---------. 2001. Ajaran Agama Hindu Makna Upacara Bhuta Yadnya.Denpasar: Yayasan Dharma Acarya.

---------. 2003. Ajaran Agama Hindu Upacara Manusa Yadnya. Denpasar: Yayasan Dharma Acarya.

Sudharta, Tjok. Rai dan Oka Punyatmaja. 2005. Upadeca. Surabaya: Paramita.

Sura, I Gede, dkk. 1997. Tatwa Jnana. Jakarta: Proyek Pen. Pendd. Agama Hindu di Perti.

Suryabrata. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grapndo Persada.

Titib, I Made. 1989. Ketuhanan dalam Weda. Denpasar: Dharma Jati.

---------. 1996. Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita.

---------. 2003. Teologi & Simbol-simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.

---------. 2003. Tri Sandhya Sembahyang dan Berdoa. Surabaya: Paramita.

---------. 2004. Puran. Surabaya: Paramita.

Triguna, Ida Bagus Gede Yudha, 2000. Teori Tentang Simbol. Denpasar: Widya Dharma.

Wiana, I Ketut. tt.”Suksmaning Banten”. Insitut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

---------. 1995. Yadnya dan Bhakti dari Sudut Pandang Hindu. Jakarta: Swadaya.

---------. 2006. Menyayangi Alam Wujud Bhakti pada Tuhan. Surabaya: Paramita.

--------. 2007. Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu. Surabaya: Paramita.

Widana, I Gusti Ketut. 2007. Lima Cara Beryadnya. Denpasar: Pustaka Bali Post.

Wijayananda, Mpu Jaya. 2004. Makna Filosofis Upacara dan Upakara. Surabaya: Paramit

Published

2020-10-23

How to Cite

Sucita, D. N. . (2020) “UPACARA MEJRIMPEN PADA HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PEDAWA KABUPATEN BULELENG”, Jurnal Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu, 3(2), pp. 1-11. doi: 10.36663/wspah.v3i2.51.

Issue

Section

Articles