OGOH-OGOH DAN HARI RAYA NYEPI
Abstract
Dalam memeriahkan hari raya nyepi, biasanya muda-mudi pada suatu desa pakraman
setelah melakukan upacara taur kesanga menggelar pawai ogoh-ogoh. Pawai ogoh-ogoh ini
dilaksanakan sebagai ekspresi dari nyomia bhuta kala menjadi bhuta hita. Oleh karena itu, ogohogoh yang dibuat sehubungan dengan menyemarakkan hari raya nyepi hendaknya dalam wujud
bhuta kala. Ogoh-ogoh itu selanjutnya diarak keliling desa pakraman yang bersangkutan sambil
diiringi oleh tetabuhan baleganjur. Agar ogoh-ogoh yang sudah selesai diarak keliling desa
pakraman tidak dimasuki oleh bhuta kala, maka ogoh-ogoh itu sebaiknya diprelina dengan jalan
membakar di setra atau kuburan milik desa pakraman yang bersangkutan. Ogoh-ogoh yang diarak
keliling desa pakraman sebetulnya murni merupakan kreativitas seni dan budaya desa pakraman
setempat, mengingat ogoh-ogoh itu tidak ada koneksitasnya dengan hari raya nyepi.
Published
How to Cite
Issue
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.