OGOH-OGOH DAN HARI RAYA NYEPI

https://doi.org/10.36663/wspah.v2i2.19

Authors

  • I Dewa Gede Ngurah Diatmika STKIP Agama Hindu Singaraja

Abstract

Dalam memeriahkan hari raya nyepi, biasanya muda-mudi pada suatu desa pakraman
setelah melakukan upacara taur kesanga menggelar pawai ogoh-ogoh. Pawai ogoh-ogoh ini
dilaksanakan sebagai ekspresi dari nyomia bhuta kala menjadi bhuta hita. Oleh karena itu, ogohogoh yang dibuat sehubungan dengan menyemarakkan hari raya nyepi hendaknya dalam wujud
bhuta kala. Ogoh-ogoh itu selanjutnya diarak keliling desa pakraman yang bersangkutan sambil
diiringi oleh tetabuhan baleganjur. Agar ogoh-ogoh yang sudah selesai diarak keliling desa
pakraman tidak dimasuki oleh bhuta kala, maka ogoh-ogoh itu sebaiknya diprelina dengan jalan
membakar di setra atau kuburan milik desa pakraman yang bersangkutan. Ogoh-ogoh yang diarak
keliling desa pakraman sebetulnya murni merupakan kreativitas seni dan budaya desa pakraman
setempat, mengingat ogoh-ogoh itu tidak ada koneksitasnya dengan hari raya nyepi.

Published

2019-07-23

How to Cite

Diatmika, I. D. G. N. (2019) “OGOH-OGOH DAN HARI RAYA NYEPI”, Jurnal Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu, 2(2), pp. 82-94. doi: 10.36663/wspah.v2i2.19.

Issue

Section

Articles