Tradisi Ngoncang dalam Upacara Pitra Yadnya di Desa Jinengdalem dalam Perspektif Komunikasi Budaya Hindu
Abstract
Buleleng memiliki tradisi yang khas yang dilakukan turun temurun oleh masyarakatnya, khususnya di Desa Adat Alap Sari Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, yaitu tradisi Ngoncang. Tradisi adat ngoncang merupakan salah satu tradisi yang masih tumbuh dan hidup di dalam kehidupan masyarakat Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Dalam hal ini ngoncang diartikan bahwa kegiatan adat yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari lima sampai enam orang dalam satu kelompoknya, yang dilakukan dengan cara memukulkan elu (batang kayu berbentuk bulat memanjang) kedalam ketungan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif, mengumpulkan data primer melalui wawancara dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dan dilanjutkan dengan teknik Snowball Sampling. Hasil penelitian menunjukkan sejarah atau landasan dilaksanakanya tradisi ini adalah untuk menghubungkan informasi kepada leluhur serta kepada masyarakat sekitar terkait pelaksanaan upacara pitra yadnya banten mebekel di jalan atau di sebut mebea. Pelaksanaan dari tradisi Ngoncang ini adalah dilakukan setiap ada orang meninggal dan di buatkan banten mebea/ Ngaben. Seiring perkembangan zaman hingga memasuki zaman modern seperti ini, tradisi ngoncang masih tetap dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga dresta yang ada di Desa Jinengdalem. Tradisi ini kaya akan nilai-nilai yang sifatnya spiritual maupun sosial yang bisa diwariskan pada generasi muda.